Kamis, 31 Mei 2012

Fashion Style 8 By Fairuz Nabihah

Fashion Style 8 By Fairuz Nabihah
sebenernya sih, aku kurang suka sama style ini loh.
Solanya warnanya itu..... haha 
Tapi ya, gak apa2 sih.. tapi bagus kan? :D
#Information :
  1. Rainbow Skirt (with Cottont)
  2. Blazer (yellow)
  3. Long Blouse
  4. Shawl (digunakan untuk kerudung *HijabStyle*)
  5. L.O.V.E ring (forever 21)
  6. Simple Bag (Alicia)
  7. Beautifull Flat (Kareen Flat) 
 
Read More

Banner Fairuz nii :)

Assalamu'alaikum... :))
Banner pertama punya Fairuz ternyata salah :( haduh.. 
Jadinya Fairuz bikin lagi banner baru , ini dia...

Bagus atau nggak, ya.. gak apa2 deh :) 
comment here !!
Read More

Jumat, 25 Mei 2012

Makalah Psikologi Kls XI Part I


Maaf ya Blogwalk, aku macet posting nih :)
Sekarang aku post tugas psikologiku kelas XI semoga bisa bermanfaat ya :D kalo mau copas jangan lupa dicantumin sumbernya :) di Daftar pustaka oiyah, jangan lupa tulis juga link webku sebagai sumber dari Makalah ini :D Thanx..


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, karunia dan cahaya petunjukNya yang tiada tara, sehingga penulisan makalah ini dapat
Terselesaikan. Semoga dengan hadirnya makalah ini dapat menambah khazanah ilmu-ilmu psikologi.
                Makalah ini berisi tentang “Perkembangan Yang Terganggu Dan Penyimpangan Dalam Perkembangan” berisi tentang uraian-uraian judul ini.
                Tidak lupa kami berterima kasih kepada seluruh sumber data dan info yang telah memudahkan kami untuk membuat makalah ini. Diharapkan kepada seluruh sumber ataupun referensi mampu mentoleril kesalahan penulis oleh penulis.
Kami sebagai kelompok VIII menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari ustz. Farah Nazla S.Pd.I sangatlah kami harapkan demi penyempurnaan dan perbaikan makalah kami ini.





Cibegol, 25 April 2012

Penyusun


Kelompok VIII












PENDAHULUAN


Latar belakang

Perkembangan terganggu ditandai oleh penyimpangan yang besar dari keadaan yang normal. Dengan normal di maksudkan suatu pola tingkah laku rata- rata yang nampak pada orang- orang yang dalam periode perkembangan tertentu. Ada terdapat penyebaran tertentu dalam variansi tingkah laku di sekitar rata- rata tadi, variansi- variansi yang ada di dalam penyebaran tersebut masih dianggap normal. Perpindahan ke dalam pola tingkah laku yang terganggu tadi ada yang secara pelan- pelan, ada yang mendadak.

Bagi mereka yang mengalami variansi- variansi yang ada dalam penyebaran tadi tidak diadakan lembaga- lembaga yang khusus karena masih tergolong normal. Bagi mereka yang mengalami gangguan- gangguan perkembangan disediakan lembaga- lembaga khusus, misalnya sekolah- sekolah khusus, perumahan- perumahan, lembaga- lembaga yang khusus, atau klinik- klinik. Misalnya ada sekolah khusus untuk anak- anak yang jiwanya tidak normal atau anak yang sangat sukar belajar, namun pada anak yang mengalami retardasi mental ini memang ada gangguan atau paling tidak kekurangan dalam perkembangan kepribadiannya, yang terutama meliputi aspek intelektualnya.

Menurut faham normalisasi itu mempunyai arti bahwa anak- anak lemah ingatan harus banyak mungkin diatur atau diasuh dalam lingkungan yang normal dengan sejauh mungkin memperhatikan keadaan anak- anak lemah mental. Hal ini membawa serta, bahwa tidak hanya anak yang lemah mental yang harus menyesuaikan diri pada masyarakat, melainkan bahwa masyaraktpun harus memberi kemungkinannya sehingga anak- anak lemah mental dan yang mneyimpang dapat menjadi bagian yang terintegrasi menurut prinsip integrasi atau “community containment”.







PEMBAHASAN
A.     PENGERTIAN ADHD
ADHD / GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas) adalah keadaan neurologik-perilaku dengan gejala-gejala yang meliputi kurangnya perhatian, perhatian mudah beralih, hiperaktivitas, kegelisahan yang berlebihan, dan tindakan-tindakan yang bersifat impulsif (bertindak sesuai dorongan hati tanpa memperhatikan situasi).
Diperkirakan antara 3 -7% dari anak usia-sekolah dan 4% dewasa menderita ADHD. Biasanya mulai dikenali saat anak berusia sekolah, meskipun dapat didiagnosa pada semua golongan umur. Penelitian memperkirakan bahwa dalam rata-rata kelas dengan 30 murid, 1 diantaranya menderita ADHD.
Anak laki-laki dengan ADHD lebih banyak 3 banding 1 terhadap anak perempuan dengan kondisi yang sama. Beberapa dokter menganggap bahwa terdapat sama banyak anak perempuan dengan ADHD dibanding anak laki-laki, hanya mereka tidak terdiagnosa sesering anak laki-laki karena anak perempuan kurang mengganggu dan gejalanya masih terkendali sampai usia lebih tua. Sebagai contoh, anak perempuan menunjukkan gejala ADHD secara kurang menyusahkan, seperti kurangnya perhatian.
B.     PENYEBAB ADHD
Penelitian neuropsikologi menunjukkkan kortek frontal dan sirkuit yang menghubungkan fungsi eksekutif bangsal ganglia. Katekolamin adalah fungsi neurotransmitter utama yang berkaitan dengan fungsi otak lobus frontalis. Sehingga dopaminergic dan noradrenergic neurotransmission tampaknya merupakan target utama dalam pengobatan ADHD.
Teori lain menyebutkan kemungkinan adanya disfungsi sirkuit neuron di otak yang dipengaruhi oleh dopamin sebagai neurotransmitter pencetus gerakan dan sebagai kontrol aktifitas diri. Akibat gangguan otak yang minimal, yang menyebabkan terjadinya hambatan pada sistem kontrol perilaku anak. Dalam penelitian yang dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan MRI didapatkan gambaran disfungsi otak di daerah mesial kanan prefrontal dan striae subcortical yang mengimplikasikan terjadinya hambatan terhadap respon-respon yang tidak relefan dan fungsi-fungsi tertentu. Pada penderita ADHD terdapat kelemahan aktifitas otak bagian korteks prefrontal kanan bawah dan kaudatus kiri yang berkaitan dengan pengaruh keterlambatan waktu terhadap respon motorik terhadap rangsangan sensoris.
Beberapa peneliti lainnya mengungkapkan teori maturation lack atau suatu kelambanan dalam proses perkembangan anak-anak dengan ADHD. Menurut teori ini, penderita akhirnya dapat mengejar keterlambatannya dan keadaan ini dipostulasikan akan terjadi sekitar usia pubertas. Sehingga gejala ini tidak menetap tetapi hanya sementara sebelum keterlambatan yang terjadi dapat dikejar.
Banyak peneliti mengungkapkan penderita ADHD dengan gangguan saluran cerna sering berkaitan dengan penerimaan reaksi makanan tertentu. Teori tentang alergi terhadap makanan, teori feingold yang menduga bahwa salisilat mempunyai efek kurang baik terhadap tingkah laku anak, serta teori bahwa gula merupakan substansi yang merangsang hiperaktifitas pada anak. Disebutkan antara lain tentang teori megavitamin dan ortomolecular sebagai terapinya.
Kerusakan jaringan otak atau 'brain damage yang diakibatkan oleh trauma primer dan trauma yang berulang pada tempat yang sama. Kedua teori ini layak dipertimbangkan sebagai penyebab terjadinya syndrome hiperaktifitas yang oleh penulis dibagi dalam tiga kelompok. Dalam gangguan ini terjadinya penyimpangan struktural dari bentuk normal oleh karena sebab yang bermacam-macam selain oleh karena trauma. Gangguan lain berupa kerusakan susunan saraf pusat (SSP) secara anatomis seperti halnya yang disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan hipoksia.
Perubahan lainnya terjadi gangguan fungsi otak tanpa disertai perubahan struktur dan anatomis yang jelas. Penyimpangan ini menyebabkan terjadinya hambatan stimulus atau justru timbulnya stimulus yang berlebihan yang menyebabkan penyimpangan yang signifikan dalam perkembangan hubungan anak dengan orang tua dan lingkungan sekitarnya. Penelitian dengan membandingkan gambaran MRI antara anak dengan ADHD dan anak normal, ternyata menghasilkan gambaran yang berbeda, dimana pada anak dengan ADHD memiliki gambaran otak yang lebih simetris dibandingkan anak normal yang pada umumnya otak kanan lebih besar dibandingkan otak kiri.
Dengan pemeriksaan radiologis otak PET (positron emission tomography) didapatkan gambaran bahwa pada anak penderita ADHD dengan gangguan hiperaktif yang lebih dominan didapatkan aktifitas otak yang berlebihan dibandingkan anak yang normal dengan mengukur kadar gula (sebagai sumber energi utama aktifitas otak) yang didapatkan perbedaan yang signifikan antara penderita hiperaktif dan anak normal.
C.      PERILAKU ANAK ADHD
Anak-anak dengan ADHD biasanya menampakkan perilaku yang dapat dikelompokkan dalam 2 kategori utama, yaitu: kurangnya kemampuan memusatkan perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas.

Kurangnya kemampuan memusatkan perhatian dapat muncul dalam perilaku:

a.       Ketidakmampuan memperhatikan detil atau melakukan kecerobohan dalam mengerjakan tugas, bekerja, atau aktivitas lain.

b.      Kesulitan memelihara perhatian terhadap tugas atau aktivitas bermain
c.       . Kadang terlihat tidak perhatian ketika berbicara dengan orang lain
d.      Tidak mengikuti perintah dan kegagalan menyelesaikan tugas
e.       Kesulitan mengorganisasikan tugas dan aktivitas
f.        Kadang menolak, tidak suka, atau enggan terlibat dalam tugas yang memerlukan proses mental yang lama, misalnya: tugas sekolah
g.       Sering kehilangan barang miliknya, misal: mainan, pensil, buku, dll
h.      Mudah terganggu stimulus dari luar
i.         Sering lupa dengan aktivitas sehari-hari

Sedangkan hiperaktivitas-impulsivitas sering muncul dalam perilaku:
a.       Gelisah atau sering menggeliat di tempat duduk
b.      Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau situasi lain dimana seharusnya duduk tenang
c.       Berlari berlebihan atau memanjat-manjat yang tidak tepat situasi (pada remaja atau dewasa terbatas pada perasaan tidak dapat tenang/gelisah)
d.      Kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan
e.       Seolah selalu terburu-buru atau bergerak terus seperti mesin
f.        Berbicara terlalu banyak
g.       Ssering menjawab pertanyaan sebelum selesai diberikan. (Impulsivitas)
h.      Kesulitan menunggu giliran (Impulsivitas)
i.         Menyela atau memaksakan pendapat kepada orang lain (Impulsivitas)

Terkadang gejala tersebut juga diikuti oleh agresivitas dalam bentuk :
a.       Sering mendesak, mengancam, atau mengintimidasi orang lain
b.      Sering memulai perkelahian
c.       Menggunakan senjata tajam yang dapat melukai orang lain
d.      Berlaku kasar secara fisik terhadap orang lain
e.       Menyiksa binatang
f.        Menyanggah jika dikonfrontasi dengan korbannya
g.       Memaksa orang lain melakukan aktivitas seksual

D.     Tanda Kesiapan Anak ADHD Menghentikan Obat
Beberapa tanda bahwa anak anda mungkin sudah siap untuk mengurangi atau menghentikan obat ADHD adalah:

1) Anak anda sudah bebas gejala selama lebih dari satu tahun dengan obat,
2) Anak anda semakin bertambah baik, dengan dosis obat yang tetap,
3) Perilaku anak anda tetap baik meskipun melewatkan satu atau dua dosis obat, atau
4) Anak anda mengembangkan kemampuan baru untuk berkonsentrasi.

Pilihan untuk menghentikan obat ADHD harus dibicarakan dengan dokter yang mengobati, guru, anggota keluarga, dan anak anda. Anda akan mendapatkan bahwa anak memerlukan dukungan khusus dari guru dan anggota keluarga untuk mempertahankan tingkah laku yang baik setelah obat dihentikan. Anda juga perlu untuk mengamati perilaku anak anda setelah obat dihentikan untuk memastikan gejala yang tersisa dapat ditangani.


E.      Pengaruh Obat Terhadap Anak ADHD
Untuk kebanyakan anak, obat ADHD akan membuat mereka lebih tenang dan lebih mampu untuk fokus dan berkonsentrasi. Beberapa dari perubahan ini mungkin luput dari perhatian anak – meskipun orangtua dan guru dapat melihat perubahan tingkah laku yang positif bila obat bekerja dengan seharusnya. Obat ADHD seharusnya tidak mengubah kepribadian dasar anak meskipun membuatnya kurang hiperaktif dan lebih memperhatikan. Kadang anak melaporkan perasaan yang sedikit tidak biasa atau berbeda waktu pertama makan obat ADHD, tetapi perasaan ini biasanya ringan dan akan menghilang.

Efek samping pengobatan dan cara mengatasinya
Beberapa efek samping yang paling sering dan dapat diperkirakan dari obat ADHD adalah berkurangnya nafsu makan, gangguan tidur, sakit kepala, nyeri lambung, dan iritabilitas (mudah marah). Efek samping ini biasanya membaik setelah beberapa bulan pengobatan.
Efek samping biasanya tidak membahayakan, tetapi semuanya harus dilaporkan kepada dokter yang mengobati, terutama bila menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu kegiatan anak sehari-hari. Efek samping sering kali dapat dikurangi dengan mengganti obat, menggunakan bentuk sediaan obat yang berbeda, menyesuaikan dosis, atau mengubah waktu makan obat.
F.      PENGERTIAN TUNAGRAHITA
Tunagrahita merupakan asal dari kata tuna yang berarti “merugi” sedangkan grahita yang berarti “pikiran”. Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental (Mental Retardation) yang artinya terbelakang mental. Tunagrahita juga memiliki istilah- istilah sebagai berikut :
a. Lemah fikiran (feeble minded)
b. Terbelakang mental (Mentally Retarded)
c. Bodoh atau dungu (idiot)
d. Cacat mental
e. Mental Subnormal, dll.

Anak tunagrahita adalah individu yang secara signifikan memiliki intelegensi dibawah intelegensi normal. Menurut American Asociation on Mental Deficiency mendefinisikan Tunagrahita sebagai suatu kelainan yang fungsi intelektual umumnya di bawah rata- rata, yaitu IQ 84 ke bawah. Biasanya anak- anak tunagrahita akan mengalami kesulitan dalam “Adaptive Behavior” atau penyesuaian perilaku. Hal ini berarti anak tunagrahita tidak dapat mencapai kemandirian yang sesuai dengan ukuran (standard) kemandirian dan tanggung jawab sosial anak normal yang lainnya dan juga akan mengalami masalah dalam keterampilan akademik dan berkomunikasi dengan kelompok usia sebaya.

Anak- anak yang sulit berkomunikasi tidak selamanya itu adalah anak tunagrahita. Bisa jadi anak yang bergejala demikian tergolong autisme. Antara autisme dan tunagrahita terdapat perbedaan mendasar sehingga perlakuan yang diberikan pun harus berbeda. Menurut Mudjito, autisme ialah anak yang mengalami gangguan berkomunikasi dan berinteraksi sosial serta mengalami gangguan sensoris, pola bermain, dan emosi. Penyebabnya karena antar jaringan dan fungsi otak tidak sinkron. Ada yang maju pesat, sedangkan yang lainnya biasa- biasa saja. Survei menunjukkan, anak-anak autisme lahir dari ibu-ibu kalangan ekonomi menengah ke atas. Ketika dikandung, asupan gizi ke ibunya tak seimbang. Adapun tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dan keterbelakangan mental, jauh di bawah rata-rata. Gejalanya tak hanya sulit berkomunikasi, tetapi juga sulit mengerjakan tugas-tugas akademik. Ini karena perkembangan otak dan fungsi sarafnya tidak sempurna. Anak-anak seperti ini lahir dari ibu kalangan menengah ke bawah. Ketika dikandung, asupan gizi dan zat antibodi ke ibunya tidak mencukupi.

Anak tunagrahita memiliki fungsi intelektual tidak statis. Kelompok tertentu, termasuk beberapa dari down syndrome, memiliki kelainan fisik dibanding teman- temannya, tetapi mayoritas dari anak tunagrahita terutama yang tergolong ringan, terlihat sama seperti yang lainnya. Dari kebanyakan kasus banyak anak tunagrahita terdeteksi setelah masuk sekolah. Tes IQ mungkin dapat dijadikan indicator dari kemampuan mental seseorang. Kemampuan adaptif seseorang tidak selamanya tercermin pada hasil tes IQ. Latihan, pengalaman, motivasi, dan lingkungan social sangat besar pengaruhnya pada kemampuan adaptif seseorang.

Anak tunagrahita kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang bersifat abstrak, yang sulit-sulit dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan sehari dua hari atau sebulan dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala-galanya. Lebih-lebih dalam pelajaran seperti : mengarang, menyimpulkan isi bacaan, menggunakan symbol-simbol berhitung, dan dalam semua pelajaran yang bersifat teoritis. Dan juga mereka kurang atau terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Pendapat diatas sejalan dengan definisi yang ditetapkan AAMD yang dikutip oleh Grossman (Kirk & Gallagher, 1986:116), yang artinya bahwa ketunagrahitaan mengacu pada sifat intelektual umum yang secara jelas dibawah rata-rata, bersama kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dan berlangsung pada masa perkembangan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa :

a.       Anak tunagrahita memiliki kecerdasan dibawah rata-rata sedemikian rupa dibandingkan dengan anak normal pada umumnya.
b.       Adanya keterbatasan dalam perkembangan tingkah laku pada masa perkembangan
c.        Terlambat atau terbelakang dalam perkembangan mental dan social
d.       Mengalami kesulitan dalam mengingat apa yang dilihat, didengar sehingga menyebabkan kesulitan dalam berbicara dan berkomunikasi
e.        Mengalami masalah persepsi yang menyebabkan tunagrahita mengalami kesulitan dalam mengingat berbagai bentuk benda (visual perception) dan suara (audiotary perception)
f.         Keterlambatan atau keterbelakangan mental yang dialami tunagrahita menyebabkan mereka tidak dapat berperilaku sesuai dengan usianya.

G.     KARAKTERISTIK ANAK TUNAGRAHITA
Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan diatas, maka anak tunagrahita memiliki karakteristik tersendiri pada segi tingkah laku, emosi dan sosialnya, cara belajarnya dan kesehatan pada fisikya. Untuk karakteristik tersebut, setiap anak tunagrahita memiliki karakteristik yang berada sesuai dengan tingkat kekurangannya. Secara umum karakteristik tersebut dapat digeneralkan ke dalam :

1. Segi Intelektualnya

• Anak tunagrahita mampu mengetahui atau menyadari situasi, benda-benda dan orang disekitarnya, namun mereka tidak mampu memahami keberadaan dirinya. Hal tersebut disebabkan oleh faktor bahasa yang manjaadi hambatan, dikarenakan mereka pada umunya sulit untuk mengatakan atau menyampaikan kata yang sesuai dengan keadaan yang diinginkannya.

• Mereka berkesulitan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada, tidak mampu membuat suatu rencana bagi dirinya, dan anak tersebut pun sulit untuk memilih alternatif pilihan yang berbeda.

• Mereka sulit sekali untuk menuliskan simbol-angka, sehingga secara umum mereka memiliki ksulitan dalam bidang membaca, menulis dan berhitung.

• Kemampuan belajar anak tunagrahita terbatas. Mereka mengalami kesulitan yang berarti dalam pengetahuan yang bersifat konsep dan dalam menempatkan dirinya dengan keadaan situasi lingkungannya.

2. Segi Tingkah Laku (Perilaku Adaptif)


• Perkembangan anak tunagrahita lamban. sulit mempelajari sikap tertentu, bahkan sulit melakukan pekerjaan yang ditugaskan walaupun tugas tersebut bagi orang normal sangat sederhana.

• Faktor kognitif merupakan hal yang sulit bagi anak tersebut, khususnya yang berkenaan dengan perhatian dengan atau konsentrasi, ingatan, berbicara dengan bahasa yang benar, dan dalam kemampuan akademiknya.

• Anak tunagrahita seringkali merasakan ketidakmampuan dalam melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang diberikan padanya, karena seringnya melakukan kesalahan-kesalahan pada saat melakukannya.

• Mereka pada umunya kurang percaya diri dan seringkali menggantungkan bimbingan atau bantuan orang lain, atau dengan kata lain rasa kemampuan dirinya kurang. Mereka juga seringkali sulit dalam memilih lingkungan pergaulan yang baik, sehingga mudah terjerumus pada hal-hal yang bersifat negatif.

Jadi dari karakteristik diatas, dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita itu memiliki kekurangan di dalam :

• Melakukan koordinasi gerak dan sensorinya,
• Rendahnya rasa toleransi,
• Kemampuan untuk memahami konsep-konsep yang bersifat akademik,
• Memusakan perhatian,
• Kesulitan dalam bahasa,
• Kemampuan untuk mendapatkan pekerjaan dan melakukan pekerjaan

H.    PENYEBAB TUNAGRAHITA
Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tunagrahita. Para ahli dari berbagai ilmu telah berusaha membagi faktor-faktor penyebab ini diantaranya adalah sebagai berikut:


a.       Faktor keturunan

Adanya kelainan kromosom baik autosom (mempunyai kromosom 3 ekor pada kromosom nomor 21 sehingga anak mengalami Langdon Down’s S yndrome dan pada trisomi kromosom nomor 15 anak akan menderita Patau’s Syndrome dengan cicri-ciri berkepala kecil, mata kecil, berkuping aneh, sumbing, dan kantung empedu yang besar.

Adanya kegagalan meiosis sehingga menimbulkan duplikasi dan translokasi) maupun kelainan pada gonosom (gonosom yang seharusnya XY, karena kegagalan menjadi XXY atau XXXY. Ciri yang menonjol adalah nampak laki-laki dan tunagrahita. Setelah mencapai masa puber tubuhnya menjadi panjang, gayanya mirip wanita, berpayudara besar).


b.      Gangguan metabolisme dan Gizi

Metabolisme dan gizi merupakan hal yang penting bagi perkembangan individu terutama perkembangan sel-sel otak. Beberapa kelainan yang disebabkan oleh kegagalan metabolisme dan kekurangan gizi diantaranya adalah sebagai berikut:

• Phenylketonuria

Salah satu akibat gangguan metabolisme asam amino juga kelainan gerakan enzym phenylalanine hydroxide. Gejala umum yang nampak adalah tunagrahita, kekurangan pigmen, microcephaly, serta kelainan tingkah laku.

• Cretinisme

Disebabkan oleh keadaan hypohyroidism kronik yang terjadi selama masa janin atau segera setelah melahirkan. Berat ringan kelainan tergantung pada tingkat kekurangan thyroxin. Gejala utama yang tampak adalah adanya ketidaknormalan fisik yang khas dan ketunagrahitaan dan awal gejalanya dengan kurangnya nafsu makan, anak menjadi sangat pendiam, jarang tersenyum dan tidur yang berlebihan.


c.       Infeksi dan keracunan

Adanya infeksi dan keracunan terjangkitnya penyakit-penyakit selama janin masih berada dalam kandungan ibunya yang menyebabkan anak lahir menjadi tunagrahita.

• Rubella

Penyakit ini menjangkiti ibu pada dua belas minggu pertama kehamilan. Selain tunagrahita, ketidaknormalan yang disebabkan penyakit ini adalah kelainan pendengaran, penyakit jantung bawaan, berat badan yang sangat rendah pada waktu lahir dan lain-lain.
• Syphilis bawaan

Kondisi bayi yang terkena Syphilis adalah kesulitan pendengaran, hidungnya tampak seperti hidung kuda.
• Syndrome Gravidity Beracun

Ketunagrahitaan yang timbul dari Syndrome Gravidity Beracun terjadi pada sebagian bayi yang lahir prematur, kerusakan janin yang disebabkan oleh zat beracun, dan berkurangnya aliran darah pada rahim dan plasenta


d.      Trauma dan zat radioaktif

Trauma otak yang terjadi dikepala dapat menimbulkan pendarahan intracranial terjadinya kecacatan pada otak. Ini biasanya disebabkan karena kelahiran yang sulit sehingga memerlukan alat bantu (tang). Selain itu penyinaran atau radiasi sinar X selama bayi dalam kandungan mengakibatkan cacat mental microcephaly.


e.       Masalah pada kelahiran

Adanya kelahiran yang disertai hypoxia (kejang dan nafas pendek) dipastikan bahwa bayi yang akan dilahirkan menderita kerusakan otak.


f.        Faktor lingkungan

Latar belakang pendidikan orang tua sering juga dihubngkan dengan masalah-masalah perkembangan. Kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan dini serta kurangnya pengetahuan dalam memberikan rangsang-rangsang positif dalam masa perkembangan anak dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya gangguan atau hambatan dalam perkembangan anak. Kurangnya kontak pribadi dangan anak, misalnya dengan tidak mengajaknya berbicara, tersenyum, bermain yang mengakibatkan timbulnya sikap tegang, dingin dan menutup diri. Kondisi demikian akan berpengaruh buruk terhadap perkembangan anak baik fisik maupun mental intelektualnya.
I.       USAHA PENCEGAHAN TUNAGRAHITA
Beberapa alternatif upaya pencegahan timbulnya ketunagrahitaan adalah sebagai berikut :

a.       Diagnostik Prenatal

Diagnostik Prenatal yaitu usaha yang dilakukan untuk memeriksa kehamilan. Dengan ini diharapkan dapat ditemukan kemungkinan adanya kelainan pada janin, baik berupa kromosom maupun kelainan enzim yang diperlukan bagi perkembangan janin.

b. Imunisasi

Imunisasi dilakukan terhadap ibu hamil maupun balita. Sehingga dengan begitu dapat mencegah timbulnya penyakit yang mengganggu perkembangan bayi

c. Tes darah

Tes darah dilakukan untuk menghindari kemungkinan menurunkan benih-benih yang berkelainan.

d. Program Keluarga Berencana

Mengikuti keluarga berencana.

e. Penyuluhan Genetik

Penyuluhan Genetik yaitu suatu usaha mengkomunikasikan berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah genetika dan masalah yang ditimbulkannya lewat media tertentu.

f. Tindakan operasi

Tindakan operasi diperlukan terutama bagi kelahiran dengan resiko tinggi untuk mencegah kelainan yang ditimbulkan pada waktu kelahiran (masalah perinatal, misalnya trauma, kekurangan oksigen dan lainnya.)

J.        PENDIDIKAN UNTUK ANAK TUNAGRAHITA

Tuna grahita membutuhkan pengajaran yang lebih atau ekstra dibanding anak- anak normal lainnya. Ada sekolah khusus yang biasa disebut SLB (Sekolah Luar Biasa). Biasanya anak Tunagrahita tersebut di tes terlebih dahulu agar dapat di ketahui klasifiksi termasuk Tunagrahita ringan, sedang, ataupun berat. Sehingga akan mendapatkan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhannya. Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan mengalami kelainan (fisik, mental- intelektual, sosial, emosional) dalam proses perkembangannya dibandingkan dengan anak- anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

Proses pembelajaran untuk anak tunagrahita harus dilakukan secara intensif karena mereka sangat memerlukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan mereka. Secara umum keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh beberapa komponen. Komponen tersebut dapat berasal dari guru, siswa, sarana prasarana, kurikulum, dan lain- lain. Komponen- komponen ini akan saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Guru tanpa siswa tidak akan terjadi proses pembelajaran, demikian juga siswa tanpa komponen yang lain tidak mungkin terjadi proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan bagian yang paling pokok dalam kegiatan pendidikan di sekolah. Pembelajaran adalah interaksi timbal balik antara siwa dengan guru dan antar sesama dalam proses pembelajaran. Pengertian interaksi mengandung unsur saling memberi dan menerima.

Kajian teori dalam proses pembelajaran :

a.       Teori Motivasi

Guru harus senantiasa memberikan motivasi kepada siswa agar memiliki gairah dan semangat yang tinggi dalam mengikuti kegiatan belajar- mengajar. Dan memberikan reward kepada siswa yang berbakat.

b.       Teori Belajar dan Tingkah Laku

Dalam kegiatan belajar- mengajar, guru perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu mengoptimalkan interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, guru dengan siswa dan lingkungan, serta interaksi banyak arah.


c.       Teori Kognitif

Sesuatu yang dipelajari siswa tergantung pada apa yang diketahui dari masing- masing siswa dan bagaimana informasi baru diproses.
K.     Definisi Hiperaktifitas
Definisi hiperaktifitas adalah suatu peningkatan aktifitas motorik hingga pada tingkatan tertentu yang menyebabkan gangguan perilaku yang terjadi, setidaknya pada dua tempat dan suasana yang berbeda. Aktifitas anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan yang ditandai dengan gangguan perasaan gelisah, selalu menggerak-gerakkan jari-jari tangan, kaki, pensil, tidak dapat duduk dengan tenang dan selalu meninggalkan tempat duduknya meskipun pada saat dimana dia seharusnya duduk degan tenang.. Terminologi lain yang dipakai mencakup beberapa kelainan perilaku meliputi : perasaan yang meletup-letup, aktifitas yang berlebihan, suka membuat keributan, membangkang dan destruktif yang menetap.
Temperamen seorang anak adalah suatu karakteristik yang hidup dan dinamis, meski terkadang pada seorang anak lebih dinamis dibandingkan anak lain. Bila terjadi peningkatan aktifitas motorik yang berlebihan pada seorang anak dibandingkan anak lain sebayanya, maka sering kali si-anak dikeluhkan sebagai hiperaktif oleh orang tuanya.
Penilaian semacam ini sangat subyektif dan tergantung dari standar yang dipakai oleh orang tua dalam menilai tingkat aktifitas normal seorang anak. Anggapan bahwa si-anak hiperaktif mungkin tidak tepat jika hanya karena si-anak menunjukkan tanda-tanda nakal dan bikin ribut pada saat tertentu tetapi secara keseluruhan menunjukkan aktifitas yang normal. Dalam hal anak-ini justru kepada orang tuanya yang harus diberikan pengertian dan pengetahuan tentang bagaimana membimbing dan mengarahkan secara benar seorang anak dengan pola perilaku yang menurut orang tua berlebihan.
L.      DETEKSI DINI GEJALA HIPERAKTIF
Untuk dapat disebut memiliki gangguan ADHD, harus ada tiga gejala utama yang nampak dalam perilaku seorang anak, yaitu inatensi, hiperaktif, dan impulsif. Inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang dapat dilihat dari kegagalan seorang anak dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Anak tidak mampu mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain.
Gejala hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa diam. Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan bangkit dan berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat. Di samping itu, ia cenderung banyak bicara dan menimbulkan suara berisik.
Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar. Anak tidak akan sabar untuk menunggu orang menyelesaikan pembicaraan. Anak akan menyela pembicaraan atau buru-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan. Anak juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti antri misalnya. Sisi lain dari impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Selain ketiga gejala di atas, untuk dapat diberikan diagnosis hiperaktif masih ada beberapa syarat lain. Gangguan di atas sudah menetap minimal 6 bulan, dan terjadi sebelum anak berusia 7 tahun. Gejala-gejala tersebut muncul setidaknya dalam 2 situasi, misalnya di rumah dan di sekolah.
Manifestasi klinis yang terjadi sangat luas, mulai dari yang ringan hingga berat atau bisa terjadi dengan jumlah gejala minimal hingga lebih banyak gejala. Tampilan klinis ADHD tampaknuya sudah bisa dideteksi sejak dini Sejas usia bayi. Gejala yang harus lebih dicermati pada usia bayi adalah bayi yang sangat sensitive terhadap suara dan cahaya, menangis, menjerit, sulit untuk diam, waktu tidur sangat kurang dan sering terbangun, kolik, sulit makan atau minum susu baik ASI atau susu botol., tidak bisa ditenangkan atau digendong, menolak untuk disayang, berlebihan air liur, kadang seperti kehausan sering minta minum, Head banging (membenturkan kepala, memukul kepala, menjatuhkan kepala kebelakang) dan sering marah berlebihan.
Keluhan lain pada anak besar adalah anak tampak Clumsy (canggung), impulsif, sering mengalami kecelakaan atau jatuh, perilaku aneh/berubah-ubah yang mengganggu, gerakan konstan atau monoton, lebih ribut dibandingkan anak lainnya. Agresif, Intelektual (IQ) normal atau tinggi tapi pretasi di sekolah buruk, Bila di sekolah kurang konsentrasi, aktifitas berlebihan dan tidak bisa diam, mudah marah dan meledak kemarahannya, nafsu makan buruk. Koordinasi mata dan tangan jelek., sulit bekerjasama, suka menentang dan tidak menurut, suka menyakiti diri sendiri (menarik rambut, menyakiti kulit, membentur kepala dll) dan gangguan tidur.
Tanda dan gejala pada anak yang lebih besar adalah tindakan yang hanya terfokus pada satu hal saja dan cenderung bertindak ceroboh, mudah bingung, lupa pelajaran sekolah dan tugas di rumah, kesulitan mengerjakan tugas di sekolah maupun di rumah, kesulitan dalam menyimak, kesulitan dalam menjalankan beberapa perintah, sering keceplosan bicara, tidak sabaran, gaduh dan bicara berbelit-belit, gelisah dan bertindak berlebihan, terburu-buru, banyak omong dan suka membuat keributan, dan suka memotong pembicaraan dan ikut campur pembicaraan orang lain
Gejala-gejala diatas biasanya timbul sebelum umur 7 tahun, dialami pada 2 atau lebih suasana yang berbeda (di sekolah, di rumah atau di klinik dll), disertai adanya hambatan yang secara signifikan dalam kehidupan sosial, prestasi akademik dan sering salah dalam menempatkan sesuatu, serta dapat pula timbul bersamaan dengan terjadinya kelainan perkembangan, skizofrenia atau kelainan psikotik lainnya20).
M.   PENANGANAN DINI HIPERAKTIFITAS
Melihat penyebab ADHD yang belum pasti terungkap dan adanya beberapa teori penyebabnya, maka tentunya terdapat banyak terapi atau cara dalam penanganannya sesuai dengan landasan teori penyebabnya.

Terapi medikasi atau farmakologi adalah penanganan dengan menggunakan obat-obatan. Terapi ini hendaknya hanya sebagai penunjang dan sebagai kontrol terhadap kemungkinan timbulnya impuls-impuls hiperaktif yang tidak terkendali. Sebelum digunakannya obat-obat ini, diagnosa ADHD haruslah ditegakkan lebih dulu dan pendekatan terapi okupasi lainnya secara simultan juga harus dilaksanakan, sebab bila penanganan hanya diutamakan obat maka tidak akan efektif secara jangka panjang.

Terapi nutrisi dan diet banyak dilakukan dalam penanganan penderita. Diantaranya adalah keseimbangan diet karbohidrat, penanganan gangguan pencernaan (Intestinal Permeability or "Leaky Gut Syndrome"), penanganan alergi makanan atau reaksi simpang makanan lainnya. Feingold Diet dapat dipakai sebagai terapi alternatif yang dilaporkan cukup efektif. Suatu substansi asam amino (protein), L-Tyrosine, telah diuji-cobakan dengan hasil yang cukup memuaskan pada beberapa kasus, karena kemampuan L-Tyrosine mampu mensitesa (memproduksi) norepinephrin (neurotransmitter) yang juga dapat ditingkatkan produksinya dengan menggunakan golongan amphetamine.

Beberapa terapi biomedis dilakukan dengan pemberian suplemen nutrisi, defisiensi mineral, essential Fatty Acids, gangguan metabolisme asam amino dan toksisitas Logam berat. Terapi inovatif yang pernah diberikan terhadap penderita ADHD adalah terapi EEG Biofeed back, terapi herbal, pengobatan homeopatik dan pengobatan tradisional Cina seperti akupuntur.

Terapi yang diterapkan terhadap penderita ADHD haruslah bersifat holistik dan menyeluruh. Penanganan ini hendaknya melibatkan multi disiplin ilmu yang dilakukan antara dokter, orangtua, guru dan lingkungan yang berpengaruh terhadap penderita secara bersama-sama. Penanganan ideal harus dilakukan terapi stimulasi dan terapi perilaku secara terpadu guna menjamin keberhasilan terapi.

Untuk mengatasi gejala gangguan perkembangan dan perilaku pada penderita ADHD yang sudah ada dapat dilakukan dengan terapi okupasi. Ada beberapa terapi okupasi untuk memperbaiki gangguan perkembangan dan perilaku pada anak yang mulai dikenalkan oleh beberapa ahli perkembangan dan perilaku anak di dunia, diantaranya adalah sensory Integration (AYRES), snoezelen, neurodevelopment Treatment (BOBATH), modifukasi Perilaku, terapi bermain dan terapi okupasi lainnya.
N.     ANAK YANG AUTISTIK
Kata autisme, berasal dari kata Yunani “autos” = “aku”, dalam pengertian non ilmiah mudah menimbulkan interpretasi yaitu bahwa semua anak yang bersikap sangat mengarah kepada dirinya sendiri karena sebab apapun, disebut autistic. Suatu autisiform atau tingkah laku autistic semu semacam itu dapat timbul karena “kekurangan pemeliharaan yang hangat”. Keadaan itu tidak perlu merupakan autisme yang sungguh- sungguh.
Perkembangan anak dapat saja terhambat karena tidak adanya pemeliharaan afektif, jadi karena penelantaran afektif. Bila penelantaran itu di barengi oleh ketidak adanya aturan, keajegan dan struktur dalam memilih pendidikan, dapat timbul gangguan- gangguan yang sungguh- sungguh yang baru akan timbul kemudian.
Autisme merupakan suatu hambatan perkembangan yang sudah Nampak pada tahun- tahun penghidupan pertama. Dugaan akan sebab- sebabnya ada bermacam- macam. Kanner tidak menolak kemungkinan bahwa autisme kanak- kanak awal ada hubungannya dengan schizophrenia kanak- kanak. Schizophrenia adalah suatu golongan penyakit mental yang di tandai oleh banyak symptom- symptom dan autisme sebagai suatu tingkah laku yang aneh yang sangat mengarah pada diri sendiri, merupakan salah satu simptomnya.
O.     Gangguan pola perilaku yang menentang peraturan (Oppositional Defiant Disorder / ODD) – Gangguan kelakuan (Conduct disorder)
Anak dengan ODD sering tidak patuh kepada peraturan dan punya kecenderungan untuk menyusahkan orang lain. Sejumlah anak dengan ADHD yang menunjukkan masalah tingkah laku dapat didiagnosa dengan gangguan perilaku.
Gangguan perilaku adalah kelainan psikiatrik yang serius dimana anak bersifat agresif terhadap orang dan binatang, merusak barang, dan seringkali melanggar aturan di mana saja dia berada.

Ketidak-mampuan belajar dan berbahasa (Learning and language disabilities)
25 sampai 30 persen anak dengan ADHD juga mengalami masalah dalam bahasa atau belajar. Anak dengan kondisi penyerta ini dapat mengambil manfaat dari terapi sekolah dan bahasa, juga bantuan tambahan di sekolah.

Gangguan cemas (Anxiety disorder) dan Depresi (Depressive disorder)
Tambahan pula, 33 persen anak dengan ADHD juga memiliki kecemasan (anxietas) atau gangguan alam perasaan (seperti depresi). Anak dengan masalah ini dapat ditolong dengan pengobatan tambahan, termasuk terapi bicara, obat, atau keduanya.

Gangguan bipolar (Bipolar disorder)
Salah satu keadaan yang lebih serius yang mungkin terjadi bersamaan dengan ADHD adalah gangguan bipolar. Sejumlah tanda yang menunjukkan anak anda mempunyai gangguan bipolar adalah rasa gembira yang berlebihan, pola pikir cepat, dan kurang perlu tidur, sangat iritabel, sensitif dan reaktif secara berlebihan serta emosinya sering dikatakan seperti “roller-coaster”.






PENUTUP
                Kesimpulan
                Dari teori-teori dan penjelasan di atas, kami dapat menyimpulkan bahwa penyimpangan dalam perkembangan itu  terjadi akibat agen-agen sosialisasi yang saling bertentangan. Dan agar suatu individu tidak terjerumus ke dalam penyimpangan dalam perkembangan, maka sang individu harus diberi penyuluhan dan bantuan dalam menjalankan kehidupannya.
Faktor lingkungan sangat mempengaruhi bagi perkembangan sang individu. Seperti keluarga dan masyarakat sekitar yang nantinya akan membentuk kepribadian sang individu dan akan menjadikan sang individu itu sendiri tidak menyimpang.


DAFTAR PUSTAKA

Bush, Jo Wilma & Waugh, Kenneth (1976). Diagnosing Learning Disabilities.

Second Edition,Ohio : Columbus.

Cartwritght, Philip,G.& Cartwritght, A, Carrol ( 1984). Educating Special Learner.

California : Wordswort, Inc.

Hallahan, P. Daniel & Kauffman M. James ( 1991). Excetional Children : Introduction to
Special Education, (Fifth ed.). New Jersey : Prentice Hall Internatinal,Inc.

Kirk, A. Samuel & Gallagher, J. James (1989). Educating Exceptional Children. Boston :
Houghton Mifflin Company.

Lazuardi,S.(1989). Mekanisme Terjadinya Disfungsi Minimal Otak, Simposium Pengenalan
kesulitan Belajar dan Disfungsi Minimal Otak, Jakarta.

Learner, W. Janet (198). Learning Disabilities: Theories, Diagnosis, and Teaching Strategis.
Boston: Houghton Mifflin Company.

Lovitt, Thomas C. (1990). Introduction to Learning Disabilities, Boston : Allyn and Bacon.
Mcloughlin, A. James & Lewis, B. Rena (1986). Assessing Special Students, Second Edition
, Ohio : A Bell & Howell Company.

Mercer, D. Cecil & Mercer, R. Ann (1989). Teaching with Learning Problems. Third
Edition, Columbus ,Ohio : Merril Publishing Company

Permanarian Somad (1992). Pengajaran remidi, Jurusan Pendidikan Luar Biasa,FIP IKIP
Bandung.
Sutarno. 2008. Hand Out “perkembangan dan bimbingan peserta didik.


Read More

Kamis, 17 Mei 2012

Fashion Style 7 By Fairuz Nabihah

 Fashion Style 7 By Fairuz Nabihah 
#Information :
  1. Peach Skirt
  2. Blazer (coffeteen)
  3. Shawl (digunakan untuk kerudung *HijabStyle* )
  4. Flowe Ring (princess21)
  5. Colorfull Bag (teens)
  6. Happy Fun Flat 



Read More

Baner Baruku :D

السلام عليكم 
ku ucapkan salam untuk kalian semua :D
Fairuz punya banner baru , yeeyy asiik... diliat yah :)
nah, udah liat kan? 
jadi setiap fairuz post artikel diblog ini, nanti ada signature di bawah postnya, yah.. itu signaturenya. banner baru dah :D 
Read More

My Banner

My Banner

Fairuz's Photography

Fairuz's Photography

We are BFF

We are BFF
Save

© Fey LoveGood, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena